Rabu, 15 Februari 2012

Hasanuddin Keliling Nusantara Menggunakan Vespa


Banyak cara dan tujuan orang menjelajahi nusantara, bahkan terkadang nyeleneh. Seperti dilakukan Hasanuddin, pria kelahiran Lhokseumawe 25 Agustus 1987 ini.
Andi—begitu panggilan Hasanuddin—nekad menjelajahi nusantara menggunakan sepeda motor Vespa jenis Super keluaran 1976. Keinginannya menjelajahi nusantara guna mewujudkan impian mengetahui budaya dan adat istiadat bangsa Indonesia. Bagaimana ceritanya?



Andi tampak sumringah ketika dijumpai Padang Ekspres di Polresta Padang pekan lalu. Pria lajang ini mengaku hampir merampung impiannya menjelajahi nusantara. Awal Februari ini, ia menargetkan sudah sampai di kampung halamannnya.
Pasalnya, saudara perempuannya melangsungkan pernikahan di Lhokseumawe. ”Selepas ini, saya bakal langsung menuju Aceh via Sumatera Utara,” aku Andi yang menjelajahi nusantara ini di bawah bendera Comunity Dewantara Lhokseumawe Skuter Club (DLSC).

Perjalanannya mengelilingi nusantara dimulainya dari Sabang, Naggroe Aceh Darussalam 8 Februari 2011 lalu. Untuk perjalanan ini, Andi harus merogoh saku dalam-dalam. Bila ditotalkan, Andi menghabiskan biaya lebih Rp50 juta. Sebanyak Rp30 juta di antaranya, berasal bantuan keluarga yang memberi dukungan penuh perjalanan panjang ini. Sisanya, bantuan sesama komunitas Vespa berhasil ia temui di beberapa daerah.  

”Saya salut dengan kawan-kawan di komunitas Vespa di penjuru Indonesia. Selama menjelajah, setiap komunitas Vespa yang saya temui selalu memberikan bantuan uang,” ungkap Andi. Selama menjelajahi nusantara ini, Andi sempat memasuki negara Papua Nugini dan Timur Leste.

Andi mengaku tak pernah merencanakan menyinggahi dua negara ini. Semuanya serba kebetulan dan paling dramatis. Bagaimana tidak, di dua negara ini Andi harus meringkuk di balik penjara. Di Papua Nugini, ia ditahan tiga hari dan sehari di Timur Leste.
Andi ingat betul bagaimana ditahan di Papua Nugini. Semua itu bermula saat ia mengendarai Vespanya di kawasan perbukitan daerah Timika, Papua. Tanpa diduga, sekitar lima orang pria berbadan besar dengan pakaian loreng dan senjata laras panjang menghadangnya.

Belum habis rasa terkejutnya, salah seorang dari lima pria itu menanyakan kartu tanda penduduk (KTP)-nya. ”Saat melihatkan KTP saya, pria itu langsung menangkap dan menggiring saya menuju perbukitan dengan berjalan kaki. Waktu itu, mata dan tangan saya ditutup,” ujar Andi mengaku sempat terjatuh dua kali.
Mata dan tangan Andi baru dilepas setelah sampai di salah satu ruangan yang kemudian diketahui markas Organisasi Papua Merdeka (OPM). Waktu itu, sekelilingnya sudah berdiri pria berbadan besar dengan senjata laras panjang di tangan. Kemudian, ia dihadapkan ke beberapa petinggi OPM. Saat itulah Andi diintrogasi soal konflik Aceh dan bagaimana suasana mencekam di Aceh.

Ia sempat bingung bagaimana menjawabnya. Tapi, karena dibentak terus, dia akhirnya menjawab sekenanya. ”Saya hanya masyarakat biasa yang tidak tahu dengan politik pak,” jawab Andi ketika itu.

Usai itu, ia diinapkan selama tiga hari di salah satu ruangan di markas OPM. Di sana, juga ada tiga orang ”bule” diduga tamu OPM. Tidak ada perlakuan tidak menyenangkan selama ditahan, kecuali hanya ditampar sekali gara-gara mengabadikan foto ketiga bule tersebut.

Cerita pahit juga dirasakannya ketika memasuki Timur Leste. Dia ditangkap karena lupa menukar uang rupiah dengan mata uang Timur Leste. Waktu itu, ia merasa masih berada di NKRI.
”Saya ditangkap karena membayar rokok dan  makanan dengan uang rupiah,” ujarnya. Dia akhirnya dibebaskan setelah polisi Republik Indonesia menjamin kebebasannya. Selain itu, ia pernah juga disebut gila di salah satu kapal penyebrangan dari Surabaya ke Bali.


impian ane juga begitu om suka duka saat keliling pake vespa :D hebat buat om udah jelajah ampe nusantara :D tebarkan persahabatan vespa 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar